#Chapter 1
Yogyakarta, 20 Januari 2009
Angin kering nan panas menerbangkan debu di sekelilingku. Mataku kelilipan. Rambutku porak poranda.
Siang ini matahari terik sekali. Kulitku perih terbakar, tenggorokanku kering. Aku haus.
Sedari tadi aku menunggu, lima-sepuluh menit-lima belas menit, aih lama sekaliiiiiii aku tak sabar.
Sepuluh menit kemudian, setelah total dua puluh lima menit aku menunggu, sebuah motor melintas lambat di depanku *ciittt>efek suara motor ngerem:D*. Motor mas pram-ku.
"Gadiss, maaf ya mas telat. . ." ujar mas Pram sambil nyengir-cengiran khasnya yang super ganteng.
Uh, aku cuman bisa manyun dan lekas nangkring di jok belakang motornya.
"Mas, beli minum dulu yuk, gadis hauus. ." pintaku.
Mas Pram tak menjawab, hanya mengangguk. Motor kami pun melaju, lambat-lambat, mirip kuda nil keberatan pantat. Kata Mas Pram dulu, biar ga terlalu cepat sampai di rumah, biar makin lama waktu berduaannya. Aku menjadi makin tak sabar, kugetok kepala Mas Pram kuat-kuat. Duk-duk!.
"Maaaasss buruaaaaannnn panaaaaaasss niihhh!!!"
***
Mas Pram adalah kekasihku, jantung hatiku, dan membuat para pria lain seperti kentang di mataku. Mas Pram sudah bekerja di salah satu BUMN di Jakarta. Dia adalah tipikal pria dewasa, mapan, dan idaman para wanita. Setiap akhir pekan Mas Pram selalu menyempatkan diri untuk pulang ke Yogya, katanya ia tidak sanggup terlalu lama jauh dariku.Uhuk.
Sedangkan aku? aku hanyalah seorang guru biasa. Guru TK tepatnya. Setelah tamat sarjana jurusan psikologi, aku lebih memilih berkecimpung dalam dunia ini, dunia anak-anak. Aku sangat suka anak-anak, rasanya aku tidak pernah lelah menghadapi segala kenakalan mereka. Nanti, jika aku sudah menikah aku berencana membuat anak yang banyak sekali supaya ketika aku tua nanti aku tidak merasa kesepian. Aku juga ingin memiliki TK-ku sendiri. Memang gaji yang aku dapat tidak seberapa, padahal mungkin aku bisa mendapatkan lebih dari ini. Aku lulus dengan nilai cumlaude dan banyak sekali perusahaan yang membutuhkan lulusan psikologi. Tapi aku lebih suka menjadi Guru TK. Lucu ya?
***
Hubungan kami berdua sudah sangat serius.
Aku masih ingat jelas bagaimana Mas Pram melamarku.
Waktu itu, aku tengah berada di dalam kelas TK-A dan aku sedang sibuk menceboki muridku, Cicil. Cicil ngompol di dalam kelas.
"Huweeeeeeeeeee, hiks hiks." Cicil nangis jerit-jerit. Heran deh kenapa anak kecil habis ngompol pasti nangis.
"Cicil sayaaangg cup cup..psstt ini ibu kasih celana baru ada gambar bebeknya tuuu cicil ceneng nggak?"
Cicil kecil manggut-manggut.
"Ya udaa cicil jangan nangis lagi ya, tadi pas kebelet kenapa nggak bilang dulu sama ibuu?"
Srottt..Srottt. Si cicil cuma sibuk nyedotin ingus yang keluar bersama airmatanya sambil kucek-kucek hidung.
. . .
tiba-tiba,
"BU GUYUUUU BU GUYUUUUUU. ." sebuah teriakan cempreng plus cedal memanggilku.
"Iya sayaang?" Aku menoleh. Ternyata Ilham, anak didikku yang bermata sipit yang memanggilku. Ilham ini adalah muridku yang paling keras suaranya dan paling pintar, hobinya adalah membanting barang-barang di sekelilingnya.
. . .
"hiiiii cicil, mayuuuuuuu" ujar ilham sambil menutupi wajahnya tapi bukan matanya.
"Eh ilham keluar dulu ya sayang, sebentar ya" buru-buru ilham kubimbing keluar kamar mandi sementara di belakangku cicil kembali menangis.
"Aduhh, cup cup, cicil kan udah pake celana ya, gapapa yaa. ayuk keluar sama ibu yuk" aku menggandeng tangan cicil, lembut.
Belum sempat aku membawa cicil kembali ke tempat duduknya, Ilham menarik-narik bagian bawah bajuku dari belakang. "BU GUYUUU, ITU ADA OM-NYA, OM-NYA NYALIIN BU GUYUU."
Om?
Spontan aku menoleh ke arah pintu.
Mas Pram.
Mas Pram dengan banyak sekali balon di belakangnya.
"BU GUYUU HOYEEE ILHAM MAU BALONN!!" Suara ilham membuat muridku yang lain berteriak "AKU JUGAA!!AKU JUGAA!!"
Aku bergegas ke arah pintu dengan kening berkerut. "Ada apa ini mas?"
Mas Pram senyum-senyum penuh rahasia. Sementara balon-balon di tangannya mulai diperebutkan anak-anak.
"Siapa yang mauu baloonnn?" kata Mas Pram.
Semua anak di kelas itu tunjuk jari, sementara para orang tua murid mulai mengintip dari jendela.
Sekarang kelas penuh dengan balon, murid-muridku sibuk melempar-menendang-menduduki-merampas balon temannya, sedangkan mas Pram mengambil tanganku lembut.
"Gadis, aku punya dua kabar yang harus kamu tahu, kabar baik dan kabar buruk. Mas minta maaf, Mas terpaksa harus nyampaiin ini di sini, di depan anak-anak."
Deg. Ini hari senin. Dan Aku tahu pasti Mas Pram tidak akan mungkin datang kecuali hari sabtu dan minggu. Kabar ini pastilah sangat penting, aku takut sekali.
"Iya mas. . . ."
"Kabar buruknya, Mas harus pergi ke Amerika lima bulan lagi. Mas dapet beasiswa dari perusahaan. . ."
Mas pram akan pergi? meninggalkanku?
. . .
"berapa lama mas?" tanyaku.
"belum tahu dis. . ." Mas Pram mempererat genggamannya.
. . .
"tapi mas ga akan pergi sendirian dis. . mas pengen gadis nemenin mas. . " lanjut mas Pram sambil tersenyum.
. . .
"maksud mas?"
"KITA MENIKAH sebelum bulan Juni ya sayang. ."
Ilham, yang sedari tadi menguping dari balik pintu langsung berteriak.
"CUIIITT CUITT!!!" ilham meringis.
Mukaku merona merah. Menahan malu. Menahan haru. Aku bahagia. . . .
bersambung. . .